Puluhan alumni universitas Hasanuddin (Unhas), Makassar, Sulawesi Selatan, se-jabodetabek sambangi kantor Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, Jumat (20/2).
Salah satu tuntutannya, mendesak penghentian kriminalisasi KPK dan lanjutkan pemberantasan korupsi.
“Kami juga meminta agar diperkuat sinergi antara KPK, Polri, dan Kejaksaan. Karena persoalan korupsi di Indonesia, sudah kian kritis karena merusak semua sendi kehidupan bangsa dan negara. Juga memiskinkan rakyat Indonesia,” ujar Andi Razak Wawo, Ketua Alumni Unhas, Jabodetabek dalam orasinya di lobi KPK.
Sebelum aksi, alumni Unhas memasangkan karangan bunga sepanjang enam meter. Kemudian menampilkan musik gandrang bulo, yang merupakan kesenian sebagai simbol asal Sulawesi Selatan. Dengan mengenakan baju putih, alumni Unhas memasang pita merah putih.
“Unhas sebagai kampus terbesar di Indonesia Timur, punya komitmen besar untuk mendorong penegakan hukum,” ujar Razak Wawo.
Dikatakan Razak lagi, dukungan terhadap KPK dilakukan karena sejumlah pimpinan dan penyidik lembaga antikorupsi mengalami kriminalisasi. Oleh karena itu pihaknya menyerukan dan mendesak untuk menghentikan kriminaslisai terhadap KPK.
“KPK harus tetap ada untuk melanjutkan pemberantasan korupsi di Indonesia,” ujarnya.
“Kami menyerukan kepada seluruh mahasiswa Unhas di Makassar, alumni Unhas se-Indonesia, dan alumni mahasiswa lainnya, untuk melancarkan aksi dukungan memotivasi KPK. Karena, hanya KPK yang selama ini gigih memberantas korupsi,” ujar Razak.
Kata Razak lagi, agar KPK bisa tetap bekerja. Kemudian, antar penegak hukum yakni KPK, polisi dan kejaksaan untuk saling bersinergi dan berkoordinasi. Koordinasi sangat penting dilakukan karena korupsi sudah sangat meresahkan.
“Sehingga tidak ada lagi kompromi terhadap koruptor yang telah memakan uang rakyat,” ujarnya.
Dalam kasus Abraham Samad, alumni Unhas secara tidak langsung memberikan dukungan moral dan mengawasi pemeriksaan atas kasus di kepolisian Sulsel. Pasalnya, ternyata persoalan Abraham Samad lebih berkesan persoalan pribadi yang tidak ada merugikan negara.
“Kesannya, kepolisian hanya mencari-cari kesalahan,” ujarnya.
“Abraham Samad tetap menjadi sosok yang diperhitungkan dalam memberantas korupsi. Dia bukan hanya milik Unhas dan juga bukan milik orang Sulawesi Selatan. Abraham milik Indonesia. Dia tangguh, makanya banyak dimusuhi oleh orang yang ingin korupsi di negara ini. Abraham berkesan menjadi korban karena komitmen dalam penegakkan hukum,” ujar Razak.