Ikatan Keluarga Alumni Universitas Hasanuddin hari ini menggelar musyawarah besar di kota Makassar. Acara yang biasa bagi banyak keluarga alumni perguruan tinggi, tapi tidak bagi Unhas, almamater saya itu.
Maklum, sudah 25 tahun lamanya, Ketua IKA Unhas tak pernah berganti. Dari Pak Jusuf Kalla ke Jusuf Kalla belaka.
Selama seperempat abad lamanya, siapa yang berani mengganti Pak JK?
Apalagi dalam 10 tahun masa-masa JK menjadi wakil presiden, IKA Unhas adalah ikatan alumni yang dipimpin ketua dengan jabatan tertinggi di republik ini di antara IKA-IKA perguruan tinggi lain di tanah air. Soal kiprah IKA Unhas yang terus terang agak redup dan bahkan belum punya sekretariat nasional yang tetap di ibukota, itu soal lain.
Jadi, sekaranglah saatnya. Pak JK pun sudah jauh-jauh hari menyatakan: sudah waktunya ia diganti.
Tak heranlah jika Mubes IKA Unhas hari ini – bahkan jauh-jauh hari sebelumnya – sudah begitu ramai dan bergema di kalangan alumni Unhas. Peminat posisi ketua banyak. Tokoh-tokoh baru aneka latar bermunculan. Ada yang benar-benar mau, ada yang mau tapi malu-malu.
Bukan hanya soal figur, tujuan ber-IKA pun dirumuskan kembali, lewat diskusi, lewat perbincangan warung kopi. Maklum tak terbiasa. Saya sendiri sudah lama melupakan fungsi IKA yang seharusnya: merawat hubungan antaranggota, membantu alumni, ikut mengembangkan almamater, hingga menjadi sarana untuk memberi sumbangsih bagi kemaslahatan bangsa.
Dan lain-lain, termasuk sesekali mengambil sikap menghadapi kemelut dalam urusan sosial dan politik.
Begitulah. Calon-calon ketua IKA Unhas sudah digadang-gadang. Ada menteri, bekas menteri, bekas rektor, direktur perusahaan negara, pengusaha, politisi dll. Syahrul Yasin Limpo, Amran Sulaiman, Haedar A. Karim, Idrus Paturusi, Andi Ina Kartika, ada di antara nama-nama itu.
Semua datang dengan programnya sendiri. Semua mumpuni, semua teruji dan berprestasi. Lalu siapa yang paling berpeluang? Besok akan terjawab di hari pemilihan ketua.
Tapi siapa yang saya dukung? Saya mengenal semua calon, tapi secara pribadi, Haedar A. Karim adalah pilihan
terbaik bagi IKA Unhas.
Saat ini ia adalah Direktur Utama PT Nindya Karya, sebuah BUMN. Sebagai Ketua IKA Teknik Unhas Jabodetabek, ia telah terbukti menjalankan dan menghidupkan IKATEK dengan sangat baik. Sebagai bukan politisi, ia tak menjalankan agenda pribadi di atasnya.
Ia ramah dan tak berjarak dengan siapa pun. Ia menggamit anak-anak muda alumni untuk berkegiatan. Ia membawa gairah dan menyuntikkan semangat berorganisasi, bukan setia kepada pribadi.
Karena itulah, jika saja saya punya suara, saya akan memilih HAK untuk memimpin, menghidupkan, dan menggairahkan kembali IKA Unhas. HAK adalah jawaban untuk IKA Unhas.
Selamat menggelar musyawarah, IKA Unhas.