Potret Prof Dr Baharuddin Lopa, S.H yang sedang tersenyum di sudut kanan ruangan menjadi saksi suksesnya dan ‘mewahnya’ pelaksanaan Temu Ilmiah ‘Membincang ke-Indonesiaan dari Timur’ Merumuskan Gagasan Alternatif Pembangunan yang Rata dan Berkelanjutan yang digelar 3 Maret 2022.
Sukses sebab telah menghadirkan belasan alumni berkelas, berpengaruh dan telah menghasilkan beragam prestasi
Siapa-siapa saja mereka? Yang pertama, Prof Idrus Paturusi, ketua harian IKA Unhas yang terkenal sebagai dokter bedah ‘Dokter di Medan Lara’.
Pengalamannya sebagai pendamping JK berikut keterlibatannya dalam misi-misi perdamaian dan kemanusiaan menjadi kesan pembuka temu ilmiah itu. Dengan profesi dokternya, Prof Idrus terjun di medan konflik dan bencana. Dari Aceh, Palu, Lombok hingga Afghanistan.
Lalu ada Rektor Unhas, Prof Dwia Aries Tina Pulubuhu. Sebagai rektor dua periode, dia memboyong cerita sukses tentang pencapaian Unhas sebagai Wolrd Class University, sebagai Humaniversity dengan segudang prestasi. Masuk peringkat utama kampus dunia dan bahkan mengalahkan peringkat kampus di Jawa seperti UI.
“Membincang Indonesia Timur rasanya sudah tidak relevan lagi sebab kita ini sudah mendunia.” Kurang lebih begitu pandangan Prof Dwia terkait posisi Unhas dan kiprah alumninya.
Lalu ada Andi Amran Sulaiman. Menteri di kabinet Jokowi ini bercerita tengan potensi sumberdaya alam Indonesia Timur yang sungguh besar. Dia pun bercerita inisiatifnya membangun pabrik gula di Bombana dan bagaimana dia mendorong agar potensi nikel dapat dijadikan pemantik dan pilar ekonomi bangsa.
Hadir pula Dr Syarkawi Rauf, komisaris PTPN dan pernah menjadi pengajar di FEB Unhas ini bercerita tentang kondisi Indonesia yang ‘tak maju-maju’ karena tidak efektifnya kontribusi pelaku ekonomi di daerah. Pertumbuhan mengalami kontraksi sehingga ke depan, menurutnya perlu ada terobosan.
Salah satunya dengan mengembangkan apa yang dia sebut sebagai manajemen big data dan aplikasi teknologi informasi untuk mempecepat perkembangan atau pertumbuhan ekonomi.
Lalu hadir Prof Jamaluddin Jompa. Dia ada sosok peneliti, akademisi, sekaligus praktisi pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan yang disebut sebagai ‘the emerging star’ Unhas, selain karena baru saja terpilih sebagai Rektor, dia pun dikenal sebagai sosok yang punya jejaring dan reputasi internasional.
Di ajang temu ilmiah tersebut, Prof JJ – demikian sapaannya menyebut bahwa ke depan, Unhas harus punya inovasi, harus punya strategi yang memanfaatkan trend dan perkembangan teknologi informasi semisal isu big data dan ‘artifical intelligence’ sebagaimana disarankan Prof Taruna Ikrar yang ikut bagi pengalaman langsung dari Negeri Paman Sam.
Prof Taruna berbicara tentang perkembangan ‘neuroscience’ yang sedang digelutinya dan disebut sangat relevan dengan kebutuhan masa depan dunia.
Dia menceritakan kerumitan-kerumitan fungsi otak yang seharusnya menjadi inspirasi tentang perlunya big data dan kesiapan alumni untuk memgambil bagian dan pengembangan artificial intelligence itu.
Pada sesi kedua, hadir pemimpin dan tokoh Unhas yang bekerja di pemerintahan. Mereka adalah Bupati Bone, Andi Fahsar Padjalangi yang berbagi cerita pengalamannya mengelola pemerintahan di Bone.
Menurut Fahsar, ada kecenderungan desentralisasi menarik kembali kewenangan daerah dan ini ada semenjak otonomi daerah. “Hanya awalnya yang kemauan keras dari pemerintaha pusat untuk otonomi daerah namun dalam perjalanan keengganan itu mulai ada,” katanya.
Meski sempat terputus karena koneksi internet, Puang Baso berhasil menceritakan pengalamannya dan harapannya terkait situasi pemerintahan saat ini di daerah yang menurutnya rentan karena banyaknya aturan yang menarik kewenangan daetah seperti UU No. 11/2022.
“Apalagi sejak penambahan Omnibus Law, sudah mulai kehlangan. Dengan UU 11/2022, tentang cipta kerja ada beberapa dampak perubahan kewenangan pemerintah kabupaten, tiba-tiba menjadi presen buruk,” imbuhnya.
Beberapa yang disebutkan Puang Baso di antaranya bidang pendidikan, dimana kewenangan bidang SMA, SMK, yang sebelumnya kewenangan daerah kab-kota, sekarang provinsi dan boleh dikata tanpa hubungan lagi dengan kepala daerah.
“Kedua, tata ruang, penyelengaraan penataan ruang yang tadinya dilaksnakana di daetrah dan karena UU CK semua ditarik oleh pusat. Perizinan, ini juga sanat berpengaruh ke daerah. Beberapa perizinann yang ditujukan untuk pemberdayaan daerah dengan lahirnya UU CK ini ditarik ke pusat,” katanya.
Lalu ada Wali Kota Makassar, M. Ramdhan ‘Danny’ Pomanto yang bicara tentang hakikat Smart City berikut varian-varian inovasinya seperti kendaraan ramah lingkungan dan solusi tanggap Lorong.
Tentang prestasi Kota Makassar yang menawarkan inspirasi bagi dunia sehingga sebagai Wali Kota. Danny diundang berbagi inspirasi bagi pemimpin lain di dunia.
“Kita pernah diundang ke Barcelona, kota ikon Smart City, demikian pula ke Singapura, untuk berbagi kiat dan cerita pengalaman kita dalam pengembangan Smart City,” sebut Danny.
Setelah Danny lalu disusul paparan Bupati Gowa Dr Adnan Purichta Ichsan. “Meski sedang dalam perjalanan ke Luwu Timur dan Luwu Utara untuk pelantikan PMI, namun kami coba mampir di salah satu rumah kepala desa di Sidrap untuk berbicara di depan peserta Temu Alumni ini,” ucap Adnan dari jauh.
Adnan diberi topik terkait Pengembangan Pendidikan di Gowa. Dia beberkan visi misi daerah, alasan mengapa Pendidikan gratis jadi ikon program Gowa serta bagaimana dia memastikan Pendidikan gratis dan pendidkan untuk semua dikawal dan difasilitasi.
“Kita ada Satpol Pendidikan, ini karena Gowa ini daerahnnya 70 persen pegunungan. Untuk memastikan semua ikut mendukung program Pendidikan ini,” bebernya yang disebut sebagai jawaban pemerintah atas situasi dan kebutuhan daerah.
Setelah Adnan, lalu hadir Bupati Maros A. Chaidir Syam. Alumni ‘I’m Sospol atau Ayang Sospol’ itu sedang dalam perjalanan pula. “Masih 15 menit lagi boarding ini. Besok ada pertemuan di Kemendagri,” katanya meminta waktu agar bisa lebih dulu paparan mendahului Wakil Ketua DPRD Sulawesi Selatan, Ni’matullah RB.
“Kakak pasti mengalah untuk adiknya,” pinta Chaidir sebelum paparan dan disambut senyum Ulla.
Dia pun bercerita tentang visi misi pemerintah di Maros dan bagaimana kiat-kitanya mengelola pemerintahan, mengalokasikan sumberdaya pembangunan dan merancang bangun konsep dan inplementasi pembangunan Maros.
Acara belum selesai. Masih ada Ketua DPRD Sulawesi Selatan, Andi Ina Kartika Sari yang membagikan inspirasi tentang kepemimpinan perempuan di Sulawesi Selatan serta bagaimana dia bersikap, beraktivitas di tangah ‘kaum lelaki’ legislator yang ‘garang-garang’.
Dia bercerita tentang titisan darah ‘perempuan politik’ yang mengalir dari darah ibunya Andi Tja Tjambolang, akademisi dan politisi Partai Golkar.
Lalu hadir Indah Putri Indriani, ‘Ayang’ Sospol ini adalah satu dari sedikit pemimpin perempuan di Sulsel. Indah bercerita dari Masamba terkait pengalamannya menjadi ‘Bupati’ di tengah bencana. Luwu Utara setahun lalu memang dilanda bencana dahsyat, longsor dan banjir hebat. Separuh Kota Masamba tertutup lumpur dan melumpuhkan pemerintahan. “Apakah Indah luluh?”.
“Kami cepat tanggap. Berbenah, termasuk atas adanya penyemangat bantuan alumni-alumni Unhas, kami mencoba pulih.” Demikian pesan Indah.
Dia cerita tentang dokumen Pengurangan Risiko Bencana Berbasis Komunitas yang disiapkan dan dibantu oleh salah satu guru besar Unhas, Prof Adi Maulana.
Giliran Ni’matullah RB bicara. Dia menyorot situasi tanah air yang semakin sarat masalah. Pemerintahan yang cenderung tak adil dan menjalankan praktik pemerintahan ‘bisik-bisik’.
“Saya kurang sependapat tentang tema membangun dari Indonesia Timur ini, wacana lama,” timpalnya, dengan alasan ada hal-hal substansial yang perlu diadvokasi seperti ketidakadilan, pemerintahan yang ‘bisu karena bisik-bisik’ hingga perlunya desentralisasi dengan kewenangan ke pemerintah provinsi.
Dia pun menyorot konsep IKN yang menurutnya sarat masalah dan tidak relevan dengan kebutuhan bangsa. “Mereka mau menunda pemilu karena alasan dana tak cukup tetapi mendorong IKN yang butuh uang besar.”
Setelah itu, tampil Haedar A. Karim. Direktur Nindia Karya (BUMN), ketua IKATEK Unhas yang nampak muda dan bertenaga di usia 60-an ini bercerita tentang pengalamanya menjadi penyaksi keterbelakangan kawasan Indonesia Tmur, di Papua.
”Setelah 20 tahun lebih, belum banyak yang berubah di Papua ini yang harus kita isi,” kata lulusan Fakultas Teknik tahun 1978 ini yang pernah tinggal 7 tahun di Papua.
Bagaimana dia mmbangun jejaring alumni Unhas dari Fakultas Teknik untuk bersama mengisi gap kawasan ini. Bagaimana dia memastikan situasi anggota IKATEK seperti Hamdan Pongrewa, wakil bupati Penajam Paser Utara, IKATEK 84 saat ada prahara politik di sana.
“Itu tanggung jawab kami untuk anggota IKATEK,” katanya.
Pembicara terakhir adalah Hamdam Pongrewa, Plt Bupati Pejajam Paser Utara ini adalah aluni Jurusan Teknik Sipil angkatan 1984. Dia berpengalaman sebagai konsultan perencana dan teknisi sipil di Kalimantan Timur sebelum menjadi anggota DPRD selama dua periode lalu terpilih sebagai Wakil Bupati Penajam Paser Utara.
Ir. H. Hamdam Pongrewa, lahir 31 Desember 1965 adalah saat ini menjabat sebagai pelaksana tugas Bupati Penajam Paser Utara sejak 19 Januari 2022.
“PPU ini calon IKN kita, Penajam Paser Utara tetap menjadi kabupaten meski ibu kota negara ada di sana,” kata pria yang mengaku ke Kalimantan Timur sejak tahun 1997.
Sebagai alumni Unhas dan memperistri anak Komunikasi Unhas, angkatan 1989, Hamdan berharap adanya dukungan dari jejaring alumni Unhas untuk kelancaran pemerintahan dan pengembangan IKN ke depan.
“Kalau wakil gubernur Kaltim dari Unhas, anggota badan otorita IKN dari Unhas, kami di Penajam Pasir Utara juga dari Unhas, apa tidak luar biasa ini,” serunya sembari tersenyum lepas disambut tepuk tangan peserta temu alumni.
Decak kagum dari peserta pun muncul. Di barisan peserta Temu Ilmiah, WR3 Unhas, Prof Andi Arsunan Arsin, yang juga anggota Steering Committee Mubes IKA Unhas memuji kegiatan ini sebagai ‘pencerahan’ bagi alumni, bagi civitas akademika Unhas.
“Dengan narasumber yang beragam dan sarat inspirasi ini semoga bisa menguatkan semangat dan moral anak-anak kita untuk bangga dan tetap produktif sebagai mahasiswa Unhas, sebagai bagian dari keluarga besar Unhas,” ucapnya.
Bersama WR3 nampak pula Direktur Komunikasi sekaligus Sekretaris Rektor Unhas, Suharman Hamzah, Ph.D, Direktur Alumni dan Pengembangan Karir Abdullah Sanusi, Ph.D hingga puluhan mahasiswa menjadi pendengar keragaman pengalaman dan inspirasi yang dipaparkan alumni Unhas tersebut.
Acara berlangsung hingga pukul 18.00 Wita dan ditutup pemberian cindera mata dan foto bersama.
“Luar biasa temu ilmiahnya, isinya dari pengalaman menjadi pembawa pesan perdamaian dan kemanusiaan, inspirasi penanganan kebencanaan, pengelolaan pemerintahan responsif pelayanan dasar, Pendidikan Gratis, partisipasi pada IKN hingga kontribusi pemimpin perempuan tumpah ruah di ajang ini. Sekali lagi luar biasa dan terima kasih panitia Mubes IKA Unhas,” pungkas Asri Tadda, founder SulselSehat.Com.
Asri, alumni Kedokteran Unhas ini seperti Prof Baharuddin Lopa yang tersenyum di sudut ruang Temu Ilmiah pun ikut menyungging harapan. Dia tetap bertahan hingga acara usai.