Focus Group Discussion (FGD) kali kedua diadakan sebagai rangkaian dari Perayaan Temu Alumni dan Halal bi Halal Ikatan Alumni Universitas Hasanuddin yang dilaksanakan di Kota Makassar, Tanggal 28 – 29 Juni 2017. FGD yang dilaksanakan pada Hari Kamis, 29 Juni 2017 di Benteng Fort Rotterdam mengangkat dua topik utama yakni: Waste to Energy dan Roadmap Prodi Perminyakan Fakultas Teknik Unhas.
FGD yang berlangsung selama kurang lebih 7 Jam ini menghadirkan lebih dari 40 alumni yang banyak bergelut di sektor Energi dan Sumber Daya Mineral di seluruh Indonesia dan bahkan luar negeri. Pembukaan FGD oleh Ir. Andi Razak Wawo, Dewan Pembina IKATEK UH dan Ketua IKA Unhas Korwil Jabodetabek.”FGD ini adalah forum untuk berdiskusi bertukar pikiran antarsesama alumni Teknik tentang perkembangan dunia energi di luar sana dan juga sebagai wadah untuk mensinergikan program kerja Fakultas Teknik Unhas termasuk pembukaan Prodi perminyakan akan menjadi momentum paling berkesan di mana para alumni bisa memberikan kontribusi positif di dalam penyiapan program studi ini” Ujar Andi Wawo. “Saya di pagi ini ada acara main Golf juga tapi saya paham betul FGD ini akan menjadi prioritas saya supaya bisa bergabung dengan kawan-kawan profesional di tempat yang berbahagia ini” Ketua IKA UH Jabodetabek ini menimpali.
Sesi pertama FGD dengan topik Waste to Energy (WTE) dihadirkan oleh Ir. Jacky Latuheru, IPM, professoional engineer Indonesia yang sudah malang melintang di bisnis WTE dan renewable energy projects di Indonesia dan luar negeri. Ir. Jacky terakhir bergabung dengan International Financing Center, a World Bank Group dan juga Resources and Waste Advisory (RWA) Group afilasi dari GIZ dan KFW Development Bank. Sesi pertama yang berlangsung lebih dari 3 jam ini terdiri dari paparan dan tanya jawab berlangsung sangat interaktif.
Jacky dalam paparannya, Waste-to-Energy (WtE) or energy-from-waste (EfW) is the process of generating energy in the form of electricity and/or heat from the primary treatment of waste. WtE is a form of energy recovery. Most WtE processes produce electricity and/or heat directly through combustion, or produce a combustible fuel commodity, such as methane, methanol, ethanol or synthetic fuels. Sedangkan teknologi WTE yang ada saat ini terdiri dari: (1) Incineration yaitu: The combustion of organic material such as waste with energy recovery, is the most common WtE implementation. Instalasi insinerasi modern sangat berbeda dari jenis yang lama, beberapa di antaranya tidak menghasilkan energi atau material. Insinerator modern saat ini mengurangi volume asli sampah sebesar 95-96 persen, tergantung pada komposisi dan tingkat pemulihan bahan seperti logam dari abu untuk didaur ulang. Insinerator dapat memancarkan partikulat halus, logam berat, jejak dioksin dan gas asam. Diperlukan pengelolaan residu yang tepat: abu terbang beracun, yang harus ditangani dalam instalasi pembuangan limbah B3 serta insinerator bottom ash (IBA) yang harus digunakan kembali dengan benar. Menurut Kementerian Lingkungan Jerman, “karena peraturan yang ketat, instalasi insinerasi limbah tidak lagi penting terkait emisi dioksin, debu, dan logam berat”. (2) Thermal Technologies: terdiri dari a) Gasification, produces combustible gas, hydrogen, synthetic fuels. Thermal depolymerization: produces synthetic crude oil, which can be further refined. Pyrolysis: produces combustible tar/biooil and chars. Plasma arc gasification or plasma gasification process (PGP): produces rich syngas including hydrogen (H) and carbon monoxide (CO) usable for fuel cells or generating electricity to drive the plasma arch, usable vitrified silicate and metal ingots, salt and sulphur. (3) Non-thermal technologies: terdiri dari a) Anaerobic digestion: Biogas rich in methane, b) Fermentation production: examples are ethanol, lactic acid, hydrogen, C) Mechanical biological treatment (MBT), d) MBT + Anaerobic digestion dan e) MBT to Refuse Derived Fuel.
Bagaimana dengan prospek proyek WTE di Indonesia? Menurut UU No. 18/2008, setiap kabupaten/kota wajib mengelola sampah-sampah yang ada. Namun mayoritas kabupaten/kota tidak memiliki kemampuan mendanai proyek ini dan juga ahli untuk mengelola sampah secara tepat dan benar. UU lainnya terkait WTE ini antara lain: UU No 22/1999 – Undang-undang ini mengalokasikan banyak tanggung jawab kepada pemerintah daerah yang sebelumnya berada dalam wilayah pemerintahan pusat. UU No 25/1999 – Memberi sarana fiskal kepada pemerintah daerah untuk menerapkan tanggung jawab undang-undang baru mereka, termasuk pelayanan perkotaan seperti pengelolaan sampah kota.
Skema pembelian listrik menurut Permen ESDM No. 44/2015 seperti di bawah:
Namun kemudian PERMEN ini teranulir dengan sendirinya setelah dikeluarkannya PERMEN ESDM No. 12/2017 tentang Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan untuk Penyediaan Tenaga Listrik. Dalam PERMEN ini disebutkan bahwa dalam hal Biaya Pokok Penjualan (BPP) pembangkitan di sistem ketenaglistrikan setempat di atas rata-rata BPP pembangkitan nasional, harga patokan pembelian tenaga listrik dari PLTSa paling tinggi sebesar BPP pembangkitan di sistem ketenagalistrikan setempat. Di mana harga pembelian tenaga listrik dari PLTSa ditetapkan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak. Pada PERMEN ini PLN akan membeli listrik dari penyedia (IPP) tidak lebih dari Biaya Pokok Penjualan (BPP) sekaligus menyimpulkan bahwa prospek WTE tidak akan sebagus dulu pada saat PERMEN sebelumnya masih berlaku.
Sehingga tantangan-tantangan yang dihadapi terkait WTE projects ini adalah antara lain: Peraturan nasional yang diterbitkan tidak mendukung pengembangan EBT khususnya Sampah Kota, Peraturan tentang Feed in tariff yang tidak mendukung perkembangan investasi pembangunan WtE dan Pemerintah Daerah belum memiliki fleksibilitas menyangkut perlunya dukungan alokasi dana pengelolaan sampah di TPA (Tipping Fee).
Di akhir sesi pertama ini dibuka sesi tanya jawab dan 3 pertanyaan dari para alumni antara lain: Pak Sanapsir Mahe Direktur PUSTEK E&T, Rizkie Abidin Direktur Mutu dan Pengembangan LPTM dan Isnaeni – Direktur ENKA Energy. Inti dari pertanyaan mereka adalah WTE projects ini akan bisa diimplementasikan di Indonesia, sampai di mana optimisme dari para pelaku bisnis ini dan kira-kira apakah Pemerintah Indonesia akan lebih bersahabat dengan mengeluarkan peraturan pemerintah dan peraturan menteri agar proyek ini bisa economically viable di mata investor baik lokal maupun FDI.
Habibie Razak memoderasi sesi pertama ini mengawal sesi paparan dan tanya jawab berlangsung alot dan interaktif. Habibie sangat aktif melakukan penelitian terhadap inisiatif proyek Waste to Energy projects. Habibie rajin menulis tentang MSW to Energy termasuk pemanfaatan teknologi gasifikasi untuk menghasilkan bahan bakar pesawat. Jacky dan Habibie sama-sama melihat potensi besar di bisnis ini di masa depan. Habibie kesehariannya adalah senior project manager dan business development di salah satu perusahaan Perancis dan Belgia yang bergerak di bidang investasi, engineering dan konsultasi sektor energi dan infrastruktur.
Sesi kedua adalah Roadmap Teknik Perminyakan Unhas yang dibawakan oleh Ir. Asri Jaya, MT dimoderasi oleh Ir. Firmansyah Arifin – Manager Drilling di salah satu perusahaan ternama di Indonesia. Agenda presentasi Ir. Asri antara lain: Latar Belakang inisiatif didirikannya T. Perminyakan Unhas, Mekanisme Pembukaan Prodi Baru, Struktur Organisasi T. Perminyakan Unhas, Borang Akreditasi T. Perminyakan Unhas dan Roadmap Teknik Perminyakan Unhas. Sesi yang berlangsung selama kurang lebih dua jam ini juga berlangsung sangat dinamis dan interaktif.
Ir. Asri dalam paparannya menyampaikan bahwa latar belakang pembentukan prodi ini antara lain: 1) Orientasi pencarian MIGAS di Indonesia Barat ke Timur dimana UNHAS sebagai institusi pendidikan terkemuka berada di wilayah ini. 2) Paradigma eksplorasi MIGAS di deepwater area selaras dengan visi-misi Unhas (maritime continent). 3) Prodi Geologi-Pertambangan (upstream) telah ada, dibutuhkan prodi yang selaras seperti Perminyakan (downstream). 4) Tantangan masa depan – perkembangan unconventional energy (Coal Bed Mathane, Tight Gas Reservoir, dan Deepwater Reservoir).
Adapun mekanisme pembentukan prodi baru di Unhas sebagai Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTN-BH) tidak serumit sebelumnya di mana tim kelembagaan yang dimotori oleh Pimpinan Fakultas memasukkan proposal dan kemudian melalu proses evaluasi oleh UP3K, verifikasi oleh Senat Akademik dan penerbitan SK pendirian oleh rektor dan akreditasi oleh BAN PT. “Kita berharap prodi perminyakan ini sudah bisa melakukan penerimaan mahasiswa baru tahun depan dan memenuhi target menerima 40 mahasiswa baru.
Ir. Asri dalam paparannya menyampaikan bahwa teknik perminyakan ini melibatkan berbagai disiplin ilmu antara lain: teknik sipil, teknik mesin, teknik elektro, teknik kimia, teknik lingkungan, teknik fisika, geologi dan lainnya. Menurut aturan DIKTI dan BAN-PT syarat pendirian prodi adalah Unhas harus memiliki minimum 6 dosen homebase. Untuk memperkuat staff pengajar prodi ini dibutuhkan dosen yang berstatus NIDK yang sesuai Pasal 6 Permendikti No.2/2016 antara lain: (1) NIDK diberikan kepada Dosen yang diangkat perguruan tinggi berdasarkan perjanjian kerja setelah memenuhi persyaratan.
(2) Dosen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia, Polisi Republik Indonesia, perekayasa, peneliti, praktisi, atau dosen purna tugas. (3) Dosen yang memiliki NIDK diperhitungkan dalam nisbah dosen terhadap mahasiswa. Rekomendasi kepada Rektor untuk juga merekrut dosen yang berstatus NIDK ini.
Profil Lulusan Prodi Teknik Perminyakan Unhas yang diharapkan adalah Insinyur Perminyakan (Petroleum Engineers), Insinyur reservoir (Reservoir Engineers), Insinyur Pengeboran (Drilling engineers), Konsultan Perminyakan (Entrepreneurship), Peneliti, Akademisi dan Pengelola Kebijakan Perminyakan. Sedangkan bidang kerja teknik perminyakan setidaknya mencakup Reservoir Engineering, Drilling Engineering, Production Engineering, Surface Preparation facilities dan Integrated Field Development project.
Sesi kedua tanya jawab dibuka oleh Ir. Firmansyah Arifin memberikan kesempatan kepada beberapa penanya antara lain. Ir. Theo Duma – pakar upstream development di salah satu perusahaan energi terkemuka di Indonesia sekaligus membagikan secara simbolis buku terkait pengembangan sektor hulu migas kepada Ir. Asri. Di sesi kedua tanya jawab ini juga, Ir. Safri Burhanuddin, Deputy Kementerian Kemaritiman yang menyempatkan hadir setelah menemani kunjungan Pak JK ke Fakultas Teknik Unhas di Gowa menyampaikan pesan kepada pihak tim kerja pembentukan prodi ini bahwa “untuk bisa mensukseskan pembentukan prodi ini tidak hanya dengan cara “business as usual” tapi dibutuhkan pemikiran dan aksi out of the box. Bahwa pada saat ini memang sektor eksplorasi minyak lagi mengalami penurunan tapi yang dipikir secara panjang adalah apa yang dilakukan saat ini adalah untuk kebutuhan masa depan Indonesia Timur di mana masih banyak potensi migas yang belum teridentifikasi secara maksimal”. Ir. Andi Razak Wawo sebagai penanya ketiga juga menyampaikan hal yang sama bahwa aktifitas eksplorasi harus lebih ditingkatkan lagi dan Unhas harus bisa mengambil peran signifikan terutama di Indonesia Timur di masa depan.
Terima kasih sebesar-besarnya atas kerja cerdas dari Panitia pelaksana yang dimotori oleh Asbar Amri, salah satu profesional muda yang saat ini proaktif di sektor migas Indonesia.
Salam Insinyur, Bravo IKATEK UH.
Reportase: Ketua Badan Otonomi Pengembangan Profesi Insinyur, DPP IKATEK UH.